Kolaborasi KIIC dan Pemerintah Akhiri 20 Tahun Kekeringan di Kiarajaya

Karawangplus.com – Setelah hampir dua dekade dilanda krisis air bersih, warga Dusun Kiarajaya, Karawang Selatan, akhirnya bisa menikmati air bersih yang mengalir langsung ke rumah mereka. Keberhasilan ini tidak lepas dari kolaborasi panjang antara Kawasan Industri KIIC (Karawang International Industrial City), Perumdam Tirtatarum, Pemerintah Kabupaten Karawang, hingga Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Permasalahan air bersih di wilayah selatan tol Karawang sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum KIIC berdiri. Kekeringan menjadi persoalan menahun, bahkan hingga ke wilayah kehutanan yang kini ditempati warga. Melihat kondisi itu, sejak awal berdiri, KIIC sudah menunjukkan kepeduliannya dengan rutin mengirimkan bantuan air bersih menggunakan truk tangki.

Namun, distribusi air dari truk tangki hanya menjangkau warga yang tinggal di dusun Kiarajaya. Upaya pengeboran sumur artesis sedalam 120 meter pun sempat dilakukan, namun gagal karena tidak ditemukan sumber air.

“Sejak dulu kami peduli. Tapi bantuan air tangki itu sifatnya terbatas. Kami juga pernah coba pengeboran berdasarkan hasil geolistrik, tapi hasilnya nihil,” ungkap Wahyu Mulyandaru, Government and Public Relations Manager KIIC.

*Titik Balik: Aspirasi Warga Didengar Gubernur*

Puncak perhatian terhadap krisis air ini terjadi saat pelaksanaan Apel Siaga Subgas Anti-Premanisme yang dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Barat saat itu. Dalam kesempatan tersebut, seorang Ketua RT dari Kiarajaya menyampaikan langsung keluhannya kepada Gubernur.

Menurut Wahyu, saat itu permintaan mereka membutuhkan sambungan air dari PDAM. Meskipun bukan tanggung jawab langsung KIIC, manajemen menyatakan kesiapannya untuk membantu.

“Kami sampaikan, prinsipnya kami siap bantu. Tapi prosesnya panjang dan tidak mudah,” tambah Wahyu.

*Terbentur Regulasi, Tapi Tak Menyerah*

Proses kerja sama antara KIIC, PDAM Tirtatarum, dan pemerintah ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Terjadi tarik-ulur karena aturan ketat dari pemerintah pusat, khususnya terkait perizinan penggunaan air industri untuk kebutuhan masyarakat.

Menurut Wahyu, sempat terjadi kebuntuan ketika pihak BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) dan PJT (Perusahaan Jasa Tirta) menyatakan tidak boleh ada alokasi air industri untuk masyarakat umum. Namun, berkat surat resmi dari Gubernur Jawa Barat ke Kementerian PUPR, akhirnya jalan terbuka.

Setelah melalui sejumlah pertemuan, termasuk rapat di Bandung bersama BWS, diperoleh keputusan bahwa kerja sama bisa dilakukan asalkan kedua belah pihak sepakat dan mematuhi aturan yang ada. KIIC akhirnya mendapat izin untuk menjadikan sambungan air ini sebagai bagian dari program CSR (Corporate Social Responsibility).

“Ini soal keberpihakan dan kepedulian. Harga air industri jauh lebih mahal dibanding harga air rumah tangga. Tapi kami sepakat menggunakan tarif sesuai SK Bupati untuk masyarakat,” jelas Wahyu.

Di luar dukungan administratif dan kebijakan, bantuan kepada masyarakat Kiarajaya juga datang dari sisi kemanusiaan. Para ASN di lingkungan Pemprov Jabar turut menggalang dana secara sukarela (urunan) untuk membantu percepatan akses air bersih di dusun tersebut.

Donasi dari ASN itu kemudian disalurkan langsung oleh Gubernur Jawa Barat kepada masyarakat dalam salah satu kunjungan kerjanya. Ini menjadi simbol bahwa penyelesaian masalah publik bisa datang dari gotong royong di semua lini pemerintahan dan masyarakat.

“Kolaborasi ini menyatukan banyak pihak: dari industri, pemerintah daerah, sampai inisiatif para ASN. Ini bentuk empati yang luar biasa,” kata Wahyu.

*Air Mengalir, Harapan Mengalun*

Kini, air bersih mengalir ke rumah-rumah warga Kiarajaya. Sebuah kemewahan yang selama 20 tahun hanya bisa mereka impikan. Tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada warga, keberhasilan proyek ini juga menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara sektor industri dan pemerintah bisa menghasilkan solusi jangka panjang dan berharap pemerintah mengabulkan kebutuhan air untuk masa mendatang.

Wahyu juga menekankan pentingnya sikap saling mendukung antara masyarakat dan kawasan industri.

“KIIC ini berdiri di tengah masyarakat, dan sudah seharusnya memberikan manfaat. Tapi masyarakat juga harus bantu menjaga keberlanjutan kawasan industri. Harus ada hubungan saling menguatkan,” pungkasnya.

Check Also

Gelar Bimbingan Teknis, Disparbud Karawang Siapkan Strategi Dongkrak Daya Tarik Wisata

Karawangplus.com – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Karawang menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Manajemen Pengembangan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.